Tema MPHB: “Keluarga Yang Bijaksana, Bersyukur dan Peduli”

Bacaan : FILIPI 4:4-9

Kita mengawali pembahasan Tema MPHB kita ini dengan memahami terlebih dahulu makna ‘keluarga’. Tentu hal ini adalah hal yang sangat mendasar dan sangat mungkin kita semua memahami makna dari kata yang sangat dekat dengan kita ini. Dekat bukan hanya karena sering terucap tetapi juga dekat karena ada bersama dengan kita sebagai lingkungan sosial pertama kita sejak kita dipercayakan Tuhan berada di dunia ini. Beberapa pengertian yang dapat kita rumuskan berdasarkan pendekatan sosiologi dan psikologi (irisan yang didapatkan); keluarga adalah lingkungan sosial pertama manusia yang terdiri dari beberapa peran yang berhubungan di dalamnya (ayah, ibu, anak, dst) yang saling mengajari mengenai keterampilan hidup, nilai-nilai moral, sosial dan budaya, serta saling mendukung secara emosional.

Dari pengertian di atas, ada beberapa konsekuensi logis yang dapat kita temukan, yaitu;

  1. Keluarga adalah tempat pembentukan karakter setiap anggota yang ada di dalamnya.
  2. Setiap anggota keluarga membawa dampak pada pembentukan terhadap anggota yang lain di dalam keluarga itu, dan
  3. Dengan demikian, setiap pribadi yang dibentuk di dalam keluarga akan membawa dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial di masyarakat.

Sampai pada titik ini, kita menjadi mengerti betapa pentingnya peran keluarga dalam kehidupan di dunia ini. Kesadaran itu juga yang membawa GKSBS pada sebuah tradisi merayakan kehidup berkeluarga dengan memeringatinya setiap tahun pada bulan Oktober.

Tantangan Jaman

GKSBS sebagai gereja menyadari bahwa keberadaannya adalah kumpulan dari keluarga-keluarga Kristen. Dan dengan demikian, GKSBS juga memahami bahwa hari ini adalah hari yang tidak mudah bagi keluarga Kristen menuju pada keluarga yang ideal sebagaimana yang telah kita rumuskan di atas.

Ada tantangan jaman yang tidak bisa kita abaikan. Tantangan-tantangan itu nyata dan sangat berdampak dalam kehidupan keluarga. Beberapa di antaranya ialah;

  1. Perubahan nilai dan moral: Nilai-nilai tradisional yang selama ini menjadi pondasi keluarga Kristen seringkali berbenturan dengan nilai-nilai modern yang lebih individualistik dan sekuler. Hal ini dapat menimbulkan perbedaan pandangan antara generasi tua dan muda dalam keluarga.
  2. Teknologi dan media sosial: Kemajuan teknologi dan meluasnya penggunaan media sosial memberikan dampak yang signifikan pada interaksi dalam keluarga. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat mengurangi waktu berkualitas bersama keluarga dan menimbulkan masalah seperti kecanduan gadget dan cyberbullying.
  3. Materialisme dan konsumerisme: Gaya hidup konsumtif dan mengejar materi yang berlebihan dapat menggeser prioritas keluarga dan menghambat pertumbuhan spiritual.
  4. Pluralisme agama dan budaya: Kehidupan di tengah masyarakat yang pluralis dengan berbagai agama dan budaya dapat menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga Kristen untuk mempertahankan identitas dan keyakinan mereka.
  5. Tingkat stres yang tinggi: Persaingan yang ketat, tuntutan pekerjaan yang tinggi, dan masalah ekonomi dapat meningkatkan tingkat stres dalam keluarga dan berdampak pada hubungan antar anggota keluarga.
  6. Perceraian dan perpisahan: Tingkat perceraian yang semakin meningkat menjadi tantangan besar bagi keluarga Kristen, terutama bagi anak-anak yang menjadi korban.
  7. Kurangnya waktu berkualitas: Kesibukan pekerjaan dan aktivitas lainnya seringkali membuat anggota keluarga sulit untuk meluangkan waktu berkualitas bersama.
  8. Pengaruh budaya populer: Budaya populer yang seringkali mempromosikan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai Kristen dapat menjadi pengaruh negatif bagi anak-anak dan remaja.

Poin-poin yang disampaikan di atas tentu terbatas untuk dapat merangkum semua pergumulan keluarga Kristen GKSBS. Namun dapat dipastikan hampir semua mengalaminya, setidaknya sebagian jika tidak semua.

Kesadaran Akan Tantangan Jaman

Sekian banyaknya tantangan jaman yang kita pahami, kita dapat sepakat bahwa sebagian besar di antaranya adalah tantangan yang muncul dari situasi berkembang yang ada di luar keluarga. Apakah situasi tersebut dapat kita kendalikan? Tentu tidak. Terlalu naif jikalau ada yang berpikir bisa menghadang perubahan situasi di luar dirinya atau keluarganya. Lalu, apakah yang dapat kita lakukan? Mari kita manfaatkan pengertian keluarga dengan konsekuensi logisnya. Sebagai keluarga, kita dapat membekali anggota-anggota keluarga kita dengan pondasi sikap kehidupan yang penting dalam menghadapi tantangan-tantangan jaman itu.

Melalui tema MPHB tahun ini, kita akan mempelajari 3 sikap kehidupan penting yang dapat menolong anggota keluarga kita dalam menghadapi tantangan jaman, yakni; Bijaksana, Bersyukur dan Peduli. Mari kita bahas 3 sikap ini satu per satu.

Jika merujuk pada bacaan Alkitab yang mendasari sarasehan kita saat ini, maka kita menemukan ajakan untuk untuk fokus pada hal-hal yang positif dan membangun. Dengan memikirkan hal-hal yang baik, kita dapat menjaga pikiran kita tetap jernih dan penuh harapan.

Bijaksana merupakan sikap yang tepat dalam menyikapi setiap keadaan dari setiap peristiwa. Tindakan yang dilakukan didasari dengan pikiran dan akal sehat, sehingga dapat menghasilkan perilaku yang tepat. Hal ini menujukkan bahwa kebijaksanaan membawa dampak yang positif bagi seseorang untuk menghadapi keadaan hidup. Apalagi dalam membangun keluarga yang di dalamnya memiliki persoalan, perbedaan cara pandang, dan situasi yang lain. Kebijaksanaan akan menolong keluarga menemukan jalan keluar untuk memperbaiki situasi yang ada, karena ada cara berfikir yang lebih luas, tidak gegabah, kerendahan hari, mempertimbangkan, mengelola, membicaraan, dan baru memutuskan hal yang tepat. Sehingga tindakan yang akan dilakukan meminimalisir masalah yang lebih besar kedepannya, sekalipun tidak bisa dipungkiri bahwa persoalan akan ada.

Selain menjadi bijaksana, sikap kedua yang tidak kalah penting ialah bersyukur. Dalam rujukan bacaan kita dijelaskan untuk tidak menjadi kuatir tentang apapun juga dan menyatakan segala sesuatu keinginan kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Sikap ini mengajarkan kepada kita untuk dapat mengendalikan diri dari segala keinginan kita dengan tidak hanya meminta kepada Allah, melainkan mengucap syukur akan hal yang telah diberikan Allah kepada kita. Bersyukur, sederhananya bermakna berterimakasih. Dari hal ini artinya ada kesadaran sudah menerima dan memahami bahwa segala sesuatunya telah disediakan oleh Allah bagi kita. Mental “berkecukupan” membantu anggota keluarga untuk terhindar dari beragam budaya hedonisme, konsumerisme dan materialisme yang tidak akan ada habis-habisnya. 

Walau tidak secara eksplisit dituliskan kata ‘peduli’, namun rujukan bacaan kita pada saat ini sangat menyiratkan perintah untuk peduli kepada keberadaan sesama. Ayat 5 mengatakan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang.” Kebaikan hati adalah manifestasi dari kepedulian terhadap sesama. Ini menunjukkan bahwa orang Kristen tidak hanya berfokus pada kehidupan spiritual pribadi, tetapi juga peduli terhadap kesejahteraan orang lain. Ayat 6 mengajak kita untuk mendoakan segala sesuatu. Doa bukan hanya tentang meminta untuk diri sendiri, tetapi juga tentang mendoakan kebutuhan orang lain. Ini menunjukkan kepedulian terhadap orang lain dan keinginan untuk melihat mereka diberkati. Ayat 7 menjanjikan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal. Damai sejahtera ini tidak hanya dirasakan secara pribadi, tetapi juga dapat membawa kedamaian dalam hubungan dengan orang lain. Ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap hubungan antarmanusia adalah bagian penting dari kehidupan orang Kristen.     

Kata peduli mengandung arti mengindahkan dan memperhatikan keberadaan dan situasi diri dan sesama. Kepedulian juga menjadi sikap keberpihakan untuk melibatkan diri dan ikut serta merasakan kesusahan orang lain. Tindakan ini menjadi respon akan orang-orang sekitar yang sedang membutuhkan bantuan, dalam budaya orang Indonesia biasa di sebut gotong royong. Dalam keluarga juga kepedulian menjadi sikap yang perlu didasari agar di dalam keluarga ada perhatian yang diresponkan apabila satu dengan yang lain membutuhkan bantuan, apabila dalam keluarga sudah acuh tak acuh maka bagaimana satu dengan yang lain mengerti rasa yang ada dalam dirinya. Dengan kepedulian untuk mendengar, menolong, mengasihi, dan hal yang lain membuat relasi dalam keluarga menjadi lebih akrab dan harmonis.

Akhirnya, kita menemukan dan mengerti 3 sikap kehidupan penting yang dapat kita gunakan untuk menghadapi tantangan jaman hari ini. Perkuat 3 sikap ini dengan cara saling mengajari dan saling memberi teladan satu dengan yang lain dalam kehidupan  berkeluarga. Doakan agar seluruh usaha yang kita kerjakan diperkenankan Tuhan untuk membentuk keluarga kita menjadi keluarga yang bijaksana, bersyukur dan peduli.

Pertanyaan Diskusi

  1. Bagaimana cara bapak, ibu dan saudara menjaga keluarga agar tetap sanggup menghadapi tantangan jaman?
  2. Berdasarkan bahan sarasehan saat ini, Apa tindakan yang dapat dilakukan dalam keluarga?

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *